Author's Note

Kenapa saya suka komik Sarimin

1. Ide cerita yg unik

Bagi anak-anak zaman dulu, mungkin nama Sarimin lekat dengan aksi topeng monyet. Biasanya si monyet bawa tas mainan dari kayu lalu mengelilingi para penonton dan si ‘pawang’ monyet teriak, “Sarimin pergi ke pasar!”

Nah, kalau di komik ini, Sarimin adalah jin monyet yg berprofesi sebagai jin pesugihan.

Hal ini membuat saya bertanya-tanya, kenapa topeng monyet dikasih nama Sarimin? Apa benar itu nama jin monyet yg akhirnya menginspirasi tukang topeng monyet ngasih nama monyetnya Sarimin biar cepet kaya? Atau malah komikusnya yg terinspirasi dari hal tersebut?

Di season pertama, cerita fokus pada jenis-jenis usaha yg dilakukan Sarimin dalam ‘membantu’ manusia. Mottonya adalah “Cepat, Tepat, Laknat”. Kebanyakan episodenya menceritakan tentang berbagai jenis manusia yg ingin cepat kaya.

Seperti yg sudah kita ketahui, bersekutu dgn jin tidak akan pernah berakhir indah & bahagia. Begitu juga di cerita ini. Hampir di semua episodenya, nggak ada yg truly happy ending. Nggak bermaksud spoiler, tapi di dunia nyata pun kayaknya nggak ada yg berakhir baik, kan?

Masuk ke season 2, kita dibawa komikus semakin dalam ke dunia jin. Season ini tidak hanya menceritakan manusia-manusia yg minta tolong jin, tetapi juga perseteruan antarjin dan kisah masa lalu Sarimin beserta teman & lawannya.

Hal ini yg membuat saya semakin suka dgn cara komikus membuat alur ceritanya. Sedikit demi sedikit, tokoh baru bermunculan. Kebanyakan memang tokoh dari alam gaib. Kemudian, cerita di masa sekarang berkelindan dgn cerita di masa lalu seiring konflik berjalan. Menurut saya, cara komikus membuat alurnya benar-benar top markotop.

Ditambah dgn praktik dan istilah per-dunia gaib-an yang membuat saya (dan para pembaca lain, berdasarkan banyak komentar di sana) bertanya-tanya, “Ini beneran? Mantra ini beneran?” Karena banyak sekali hal-hal yg diceritakan di komik ini terasa erat dgn masyarakat Indonesia.


2. Unsur komedi yg melimpah ruah

Mungkin terdengar berlebihan kalau disebut melimpah ruah, tapi untuk cerita horror bertema jin, ini termasuk komik yg banyak sekali unsur lawaknya.

Apalagi sang tokoh utama, Sarimin, digambarkan sebagai karakter yg slengekan, tetapi inovatif (mengikuti perkembangan manusia zaman ini). Memang sih ada bagian serem dan seriusnya, tapi banyak juga yg bikin ketawa.

3. Ada pesan moralnya

Bingung bagaimana menggambarkan ini supaya nggak klise. Tapi ya memang begitu adanya. Selain cerita tentang jin yg dibalut dgn komesi, komikus menyelipkan banyak pesan moral untuk para pembaca.

Yang utama tentu saja, jangan pernah bersekutu dengan jin. Hati-hati kena hasutan mereka, karena mereka menghasut lewat hati terdalam (mungkin alam bawah sadar) manusia. Sedikit saja hal negatif di dalam hati, bisa memercikkan hasutan besar dari jin agar manusia mau ‘dibantu’ mereka. Selain itu, ada tentang hubungan toksik, menjaga keseimbangan alam, dan lain-lain.

4. Lokalitas yg benar-benar terasa

Seperti yg sudah saya singgung di poin pertama. Banyak hal di cerita ini yg terasa erat dgn masyarakat Indonesia. Misalnya tentang tuyul dgn segala mitos-mitosnya. Mulai dari cara lihat tuyul dengan cukur alis, cara menarik perhatian tuyul dgn menaruh yuyu kangkang (sejenis kepiting kecil), dan cara memelihara tuyul (baca sendiri aja).

Terus, ada cerita anak yg hilang masuk ke dimensi gaib, kecelakaan yg terasa janggal, hingga ritual-ritual yang (mungkin) banyak dilakukan orang. Jadi, yah terasa banget Indonesia-nya. Khususnya bagian Jawa kali ya?

Tetapi sayang sekali, komik di Webtoon yg sangat keren ini masih hiatus dgn cerita yg sangat menggantung padahal sedang seru-serunya. Terlihat episode terakhir yg ada di Webtoon diunggah pada Agustus 2022. Dan sekarang sudah Agustus 2023.

Nagaterbang oh nagaterbang, di mana engkau berada? Apakah kau masih akan menceritakan kisah si Sarimin?

Mudah-mudahan komikus Sarimin yg memakai nama pena Nagaterbang dalam kondisi baik-baik saja dan bisa melanjutkan kisah jin monyet ini ya.

Jadi, begitulah alasan saya kenapa suka dengan komik Sarimin. Bagi yg belum baca, baca gih. Pasti ketagihan.

2 thoughts on “Kenapa saya suka komik Sarimin”

Leave a comment